Beras Oplosan


Beras oplosan, saat ini sedang membuat pusing masyarakat Indonesia. Beras oplosan ini ditrendingkan oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Katanya juga pemerintah Indonesia di rugikan sebesar 100trilyun rupiah. Apa yang ada dalam benak anda?.

Para menteri Prabowo kebanyakan memang suka membuat berita-berita heboh. Apa maksudnya? apakah hanya membuatnya kelihatan bekerja?. Penulis kira itu benar adanya seperti berita bahwa kita mencapai swasembada beras, jagung dan gula. Namun praktiknya harga tetap tambah mahal dan ada berita bahwa kita juga mengimpor komoditi-komoditi tersebut. Lantas apa yang anda bisa pikirkan?.

Pemerintah sepertinya paham betul. Rakyat dengan segala kesulitannya saat ini tak akan mungkin mengikuti perkembangan berita yang dibanyolkan oleh pemerintah melalui menteri-menterinya yang menjadi bahan-bahan untuk menjadi trending topik pembicaraan. Utamanya di media besar, sosial media dan sebagainya sebagai bahan bagi buzzer untuk mengobrak-abrik pemikiran dan beban rakyat yang semakin tak tertanggungkan.

Pemerintah bermain dengan logika-logika, program dan pemberitaan yang semakin absurd, semakin jauh dengan kenyataan yang dihadapi masyarakat. Tidak ada bukti yang nyata tentang pemberantasan beras oplosan. Sementara masyarkat sendiri tidak akan paham apa itu beras oplosan bagimana mengantisipasinya. Perut lapar, beras di dapur habis, cari beras, beli beras ya ke tempat perbelanjaan terdekat. Di supermarket atau toko-toko yang menyediakan atau menjual beras. Tidak ada yang tahu den peduli dengan ocehan Amran Sulaiman. Kita tahulah siapa itu Amran Sulaiman, bukankah dia orang terkenal ya.

Kita akan makin dijauhkan dengan persoalan yang sebenarnya. Kita tunggu aja dan biarkan saja pemerintah jumpalitan dengan intrik-intriknya. Memang mereka akan lebih enak karena tetap dibiayaai oleh negara dan mengambil uang-uang milik rakyat dengan seenaknya.

Tentunya kita semua masih ingat betapa Menteri Perumahan Rakyat Maruarar pernah dalam waktu hanya beberapa bulan mengumumkan telah membangun 3.000.000 rumah. Hebat bukan namun saat ini baru-baru saja belum lama yang lalu ada seseorang yang meneviu rumah subsidie pemerintah yang sangat sempit bahkan lebih luas dari kandang kambing. Celaka memang kita ini.

Kembali ke beras oplosan, mungkin belum lama yang lalu kita juga pernah dibuat bengong dengan adanya minyak oplosan, atau minyak goreng minyak kita mereknya itu yang isinya tidak memenuhi atau berbeda dengan yang ada di label Minyak Kita tersebut. Dan ingatlah bahwa itu adalah jasa dan prestasi menteri Amran Sulaiman. Sementara memang penulis di rumah belum pernah sama sekali bertemu minyak goreng Minyak Kita di dapur.

Beras Oplosan ini tentu sudah ada sejak bertahun-tahun yang lalu. Ngakunya beras premium tapi isinya campuran. Memang sejak dahulu juga begitu, tidak ada kendali mutu dari pemerintah yang bekerja secara jujur, disiplin sesuai sumpahnya. Mungkin Menteri Amran mengingatkan hal tersebut adalah tidak baik, dan mungkin hanya seperti itu, adalah hal tidak baik, namun aksi penghentiannya masyarakat sama sekali tidak tahu. Karena jangkauan mafia perdagangan dan pertanian yang terlampau luas dan sangat ruwet sekali. Sungguh penulis percaya bahwa para mafia perdagangan dan pertanian tersebut juga mencoba survive bertahan dari himpitan ekonomi dan tentu saja himpitan dari pemerintah yang mungkin tidak mendukung atau juga keserakahan yang saat ini sedang dipupuk lebih subur.

Mengapa hal ini hanya dilakukan oleh Menteri Amran, mungkin menteri-menteri lainnya memiliki peran sendiri. Ada yang kelihatan baik, ada yang santai, ada yang berusaha mencuri demi pundi-pundi para-para di atas. Memang mau tidak mau masyarakat harus memahami sandiwara atau drama yang sedang dimainkan. Bukan drama perubahan loga dari mawar ke gajah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tema, Logo, dan Panduan Identitas Visual Peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI Tahun 2025

Makna Telinga Berdenging