Zona Nyaman
Menggapai kehidupan nyaman tenteram bukanlah perkara sulit. Seringkali kenyamanan dan ketenteraman justeru ditinggalkan. Meninggalkan comfort zone istilahnya. Untuk mencari tantangan kehidupan demi menjaga kewarasan.
Mengapa meninggalkan Comfort Zone?
Atau dengan kata lain sebenarnya mereka meninggalkan kebosanan. Bukan kenyamanan dan ketenteraman yang ditinggalkan namun situasi abstrak yang mengusiknya. Terusik atau tertarik dengan situasi dan tantangan lain yang membuatnya bisa bercengkerama dengan dirinya sendiri. Mesra dengan egonya. Meninggalkan dunia lawasnya yang dianggap comfort karena posisi rutinitas, kurang tantangan, sudah hafal dengan situasi dan kondisinya meski meninggalkan segala ketercukupannya.
Untuk menikmati dan mengembangkan kehidupan memang diperlukan fear zone, learning zone, maupun growth zone. Sebagaimana tugas perkembangan kita yang belajar kehidupan mulai dari bersekolah di PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga jenjang Pendidikan Tinggi.
Namun tak sebatas itu ada yang memiliki tingkatan lain yang ada dalam dimensi kehidupan yakni rasa takut, keraguan. Perlunya hal baru dan pengembangan keahlian. Hingga capaian aktualisasi diri dan pengembangan pribadi.
Apa itu Comfort Zone?
Comfort Zone diperkenalkan oleh Judith Bardwick dalam bukunya Danger in the Comfort Zone (1991). Yakni zona dimana seseorang individu merasa nyaman karena tak adanya lagi tekanan dan tantangan. Karena sudah familiar dengan kebiasaan, lingkungan maupun pola pikirnya.
Comfort Zone atau zona nyaman ini adalah suatu kondisi psikologis di mana seseorang telah merasa aman, tidak cemas, dan tidak terdorong untuk mengambil risiko. Dalam zona nyaman ini, individu cenderung melakukan rutinitas yang sudah dikenal dan menghasilkan performa yang stabil, namun perkembangan individu bisa terasa stagnan.
Apa Manfaat keluar dari Comfort Zone?
Dalam pandangan umum dan orang-orang yang setuju dengan konsep ini mereka mengatakan bahwa keluar dari comfort zone memiliki manfaat, diantaranya adalah:
- Melatih perkembangan pola pikir;
- Meningkatkan rasa kepercayaan diri:
- Menemukan potensi-potensi tersembunyi;
- Mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Keluar dari comfort zone memang memiliki banyak manfaat sepanjang kita bisa merencanakan dan mengetahui resiko-resikonya. Hal ini memang agak lain dengan Stoic, dimana stoikisme lebih cenderung menyarankan untuk berada dalam ruang kehidupan yang bisa kita kendalikan.
Ya, kapan-kapan kita bahas stoik. Hal yang baik tentu tidak hanya satu. Namun ketika bicara secara sains dan sistematik, maka satu hal memang harus kita ketahui secara mendalam dan detail.
Tancep Kayon
Dalam cerita sejarah tokoh-tokoh penting. Kanjeng Nabi Muhammad misalnya, pada masa mudanya juga suka meninggalkan comfort zone, dalam dunia islam dikenal istilah uzla yakni keluar dari rumah dan lokasi tempat tinggalnya. Menuju kesunyian dengan bertapa atau melakukan sesuatu di tempat lain yang penuh tantangan.
Menurut penelitian memang hal seperti uzla itu memiliki banyak manfaat. Sebab sepulang dari uzla ada banyak pengalaman yang didapatkan.
Ya, keluar dari zona nyaman untuk menempa diri, adalah hal keren yang bisa lakukan. Seperti anak-anak muda yang melakukan petualangan dan sebagainya. Atau pulang ke desa meninggalkan kenyamanan hidup dan pekerjaannya di kota. Untuk mendidikan UMKM di desanya.
Banyak hal dapat dipelajari dari perjalanan kehidupan setiap insan. Begitu beragam dan banyak manfaat yang bisa dipetik. Demikianlah sedikit tentang comfort zone atau zona nyaman. Dimnana nyaman dan tenteram pun jadinya memiliki makna masing-masing ketika dipisah menjadi dua kata yang berdiri sendiri. Begitulah sedikit tentang zona nyaman.

Posting Komentar