Serakahnomics dan Kesehatan Mental

Table of Contents

Serakahnomics, lontaran dari Presiden Prabowo benar-benar membuat pikiran ini terbang mengawang-awang. Sempat saya berbicara dengan almarhum seorang kyai dan seorang Doktor tentang Kemiskinan Ekstrim di Indonesia. Tentu saja itu adalah obrolan 'ora penting banget' karena saya hanyalah orang biasa. Pun hidupnya terlantung-lantung, mau kaya tidak jadi-jadi. Malah rugi hingga hidup sengsara tak bertepi. Namun hati selalu bahagia, karena menganggap ini adalah ujian dari Tuhan, untuk lebih meyakini bantuan dan pertolongan-Nya dalam hidup saya sekeluarga.

Serakahnomics dan Kemiskinan Ektrim

Sebagai seorang profesional dalam menganggur. Maka banyak hal yang bisa saya amati dan lakukan, meskipun tidak berbayar, alias tidak adaa yang mau mempekerjakan apalagi membayar orang papa ini. Karena terpaan badai kehidupan yang melanda, hingga tidak bisa membedakan antara serakah dan kemiskinan ekstrim.

Pada awalnya saya memperhatikan kehidupan suami isteri yang memang tidak miskin-miskin betul, lebih beruntung jauh dari kehidupan saya begitu. Mereka mencapai tingkat yang sophisticated, suami pernah menjadi salah satu Ketua organisasi keagamaan besar di negeri ini. Hingga lebih lagi menjadi pejabat di salah satu istana orang kedua republik. Maupun jabatan-jabatan keren lainnya.

Pasalnya memang kehidupan tersebut melejit sedemikian rupa dengan kuasa yang super. Namun sang suami adalah orang sederhana dan jujur, jauh dari pikiran mengambil barang yang bukan haknya. Orang baik, benar-benar baik dan bisa mengendalikan isterinya yang terkadang terlihat elit, ya memang karena benar-benar elit.

Saya berdiskusi mengenai kemiskinan ekstrim tersebut, dengan membayangkan fenomena 'kere munggah mbale' yang artinya adalah orang papa yang bisa memiliki posisi elite. Nah, dari sinilah eror mengenai keserakahan dan kemiskinan ekstrim menjadi sebuah kerancuan di otak.

Fenomena Kere munggah mBale

Berangkat dari 'kere munggah mbale' ini, yang merupakan orang dari kemiskinan ekstrim naik derajat menjadi orang elite, punya kuasa dan harta yang sangat banyak. Maka dapat dibayangkan bagaimana perilakunya baik dari yang terlihat maupun yang tak terlihat dari lubuk sanubarinya.

Orang kaya baru dari kere yang tiba-tiba mendapatkan cobaan Tuhan menjadi kaya memang bisa menjadi orang baik maupun sebaliknya. Kemudian saya hubungkan fenomena dengan fenomena oligarki maupun orang-orang yang tiba-tiba menjadi pejabat dan memiliki kuasa pada jaman Pemerintahan Presiden Joko Widodo sejak tahun 2014. Selama dua periode kemenangan beliau.

Masyarakat banyak, terlihat hanya melongo dengan apa yang dilakukan oleh Pemerintah dengan program-programnya yang kebanyakan infrastruktur. Sementara sisi sosial pembangunan manusia seperti hanya menjadi parfum atau pengharum atas apa yang menjadi progrem utamanya. Lihat saja berapa banyak PSN (Proyek Strategis Nasional) yang dicanangkan.

Banyak orang yang tadinya kalah dalam pertarungan politik menjadi menang dan menjadi penguasa, namun sama sekali kehidupan perekonomian masyarakat kecil tidak pernah terangkat dan apalagi Program Pengentasan Kemiskinan, Stunting hingga Kemiskinan Ekstrim. Tidak ada hasilnya yang membuat ibu pertiwi tersenyum gembira.

Hal ini dalam pandangan saya saat ngobrol 'ora penting' tersebut terjadi karena orang-orang yang sudah berhasil dalam karir, dan keuangannya masih merasa menjadi orang miskin. Selalu merasa kekurangan terhadap harta, uang dan kuasa, sehingga ruh kemiskinan ekstrim tersebut tidak pernah hilang meski dia sudah kaya raya.

Boro-boro menolong orang lain atau orang miskin, karena para pejabat tersebut merasa masih sangat miskin, serba kekurangan dan tidak punya apa-apa.

Kemiskinan Ekstrim merusak Kesehatan Mental

Kemudian saya bertemu dengan orang cerdas yang mampu menembus beasiswa 'fullbright', ke Amerika tentunya. Kami ngobrol panjang lebar karena memang sudah lama tak bersua. Tentang kemiskinan ekstrim dan kesehatan mental.

Saya bercerita fenomena kemiskinan ekstrim dan kesehatan mental tersebut. Bahwa banyak orang kaya 'new money' yang masih memiliki sikap seperti orang miskin, serba kekurangan, dan angkara murka menerkam dan menjaring segala sesuatu. Dari uang hingga sumberdaya alam. Mereka terus saja menambang dan menambang, seakan kekayaan alam Indonesia tidak ada habisnya. Untuk mencukupi kehidupannya hingga anak cucu, karena ketakutanya menghadapi kemiskinan yang pernah ditemuinya.

Laksana hantu, kemiskinan tampaknya sangat memalukan bahkan mungkin menakutkan.

"Itu namanya serakah", kata temen saya.

Pikiran pun segera mengarah pada kesehatan mentas seseorang yang dapat disebabkan karena kemiskinan ekstrim namun tidak menutup kemungkinan juga karena kekayaannya, dan kekayaan yang ditumpuknya secara ekstrim.

Kemiskinan dan Kekayaan menjadi unsur Serakahnomics

Terlepas dari ketakutannya akan kemiskinan yang pernah menjadi sahabat hidupnya. Maupun kekayaan yang sekarang menjadi selingkuhan, kemudian menjadi pasangan hidup yang menemaninya kemana-mana. Maka perceraian kepada kekayaan yang dicintainya adalah akhir hidup dan bagaimanapun harus dipertahankannya. Meski harus menghancurkan bumi dengan menambangnya, menjual pulau, korupsi secara hirarkis jadi 'nggak terendus', hingga berusaha menjadi pejabat dan orang yang memiliki kuasa. Untuk menutupi dan menghilangkan jejak-jejak jalannya menjadi kaya raya.

Sifatnya pun kemudian berubah. Menjadi orang kaya. Menyembunyikan semua harta colongannya. Tak peduli lagi efek yang diberikannya pada kehidupan seluruh warga negara yang sama sekali tak memiliki akses maupun niat jelek.

Mereka dari kalangan menengah menjadi miskin, dan yang sudah miskin menjadi miskin tak terkendali, tanpa arah, tiada lagi kata-kata bisa menteorikannya. kemiskinan super ekstrim sekali mungkin yang sekarang sedang dihadapi seluruh orang miskin se-Indonesia Raya.

Serakahnomics versi Prabowo Subianto

Presiden Prabowo Subianto seperti terbakar ketika mendengar adanya mafia beras yang melakukan pembelian harga gabah dibawah harga pasar. Dalam hal ini melalui media penggilingan padi, dimana transaksi merugikan petani tersebut terjadi. Hal ini saya kutip dari ”Serakahnomics” Jadi Musuh Baru, Presiden Prabowo Ingin Ekonomi Kembali ke Rakyat.

Presiden menyerukan langkah konkret untuk menghadapi persoalan distribusi pangan nasional, khususnya praktik-praktik yang merugikan petani dan masyarakat. Hal ini diserukannya dalam sambutannya saat meresmikan peluncuran kelembagaan 80.081 Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP/KKMP), Presiden Prabowo menegaskan pentingnya keberanian negara dalam menata ulang sistem ekonomi yang lebih adil dan berpihak pada rakyat.

Salah satu fokus utama Presiden Prabowo adalah praktik curang di sektor penggilingan padi. Kepala Negara mengungkap bahwa sejumlah pelaku usaha besar diduga membeli gabah di bawah harga pasar dan menjual kembali beras biasa dengan label premium di atas harga eceran tertinggi.

“Penggiling padi adalah cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak. Kalau penggiling padi tidak mau tertib, tidak mau patuh kepada kepentingan negara, ya saya gunakan sumber hukum ini. Saya katakan, saya akan sita penggiling-penggiling padi itu. Saya akan sita dan akan saya serahkan kepada koperasi untuk dijalankan,” ujar Presiden Prabowo pada Senin, 21 Juli 2025, di Koperasi Desa Merah Putih Bentangan, Kabupaten Klaten.

Menurut laporan yang diterima Presiden Prabowo, potensi kerugian akibat praktik semacam itu bisa mencapai Rp100 triliun per tahun. Dana sebesar itu, kata Presiden, seharusnya bisa digunakan untuk pembangunan sektor vital seperti pendidikan.

“Kalau kita tertibkan ini, kita punya RP100 triliun tiap tahun. Kita hanya mampu memperbaiki 11 ribu sekolah tahun ini, anggarannya 19 triliun. Kalau saya punya Rp100 triliun tiap tahun. Berarti kita bisa perbaiki 100 ribu sekolah. Kita punya 330 ribu sekolah. Dalam tiga setengah tahun kita akan perbaiki semua sekolah di seluruh Indonesia,” ungkap Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo juga memperkenalkan istilah “serakahnomics” untuk menggambarkan pola ekonomi yang terlalu mengutamakan keuntungan tanpa mempertimbangkan kepentingan sosial. Kepala Negara menyampaikan bahwa model ekonomi seperti ini tidak sejalan dengan semangat keadilan dan kesejahteraan yang diamanatkan dalam konstitusi.

“Ada yang mengatakan ada mazhab ekonomi liberal, neoliberal, klasik, pasar bebas, sosialis, ekonomi komando dan sebagainya. Ini bukan. Ini lain. Ini saya beri nama. Serakahnomics. Ini adalah serakahnomics,” kata Presiden Prabowo.

Presiden Prabowo menyatakan bahwa praktik curang dalam distribusi pangan kini dapat dilacak dengan cepat berkat laboratorium mutu di daerah dan teknologi hingga kecerdasan buatan. Namun menurutnya, kekuatan utama bangsa terletak pada keberanian menegakkan Pasal 33 UUD 1945 sebagai senjata pamungkas dan mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu.

“Saya yakin seluruh MPR, DPD, DPR akan dukung saya. Saya yakin semua kepala desa di seluruh Indonesia akan bersama saya. Mari kita tegakkan kebenaran dan keadilan. Kita tegakkan kepentingan bangsa dan rakyat di atas segala kepentingan lain. Jangan kita lihat partai, kelompok, jangan. Hanya di dada kita hanya merah putih,” pungkas Presiden Prabowo dengan optimis. Demikian kutipan ini.

Begitulah kekayaan yang membuat serakah dan hanya mementingkan diri sendiri untuk kekayaannya. Namun juga kita dapat menghubungan kemarahan Presiden dengan Program idamannya. Program MBG aka Makan Bergizi Gratis tentu saja membutuhkan beras. Sehingga diharapkan petani dapat memetik keuntungan atau kesejahteraan dari program MBG ini. Namun apa lacur, harga gabah ternyata dibeli murah oleh penggilingan padi atau pedagang beras.

Betul begitu, namun tentu saja dapat kita lihat dari rangkaian distribusi beras hingga ke praktik MBG. Di mana MBG hanya menganggarkan 10 ribu rupiah per satu paket untuk satu anak. Dapat dibayangkan berapa yang bisa menjadi keuntungan pengelola dapur MBG dan pengelola program per-satuan pendidikan.

Belum lagi para-para yang menginginkan mencomot atau meminta persenan pengelola program MBG. Sehinnga para pengelola dan vendor MBG harus mendapatkan harga bahan makanan semurah mungkin agar mendapat keuntungan yang akan dibagi-bagikan juga kepada para-para.

Dapat kita lihat jaring keserakahan, kebutuhan, keterdesakan hingga berujung pada keuntungan yang sedikit pada level bawah, bahkan mungkin buntung. Jadi ya memang, gangguan kesehatan mental sudah tidak akan terasa lagi. karena menjadi hal umum, sesuai kurva normal, bahwa praktik-praktik saling menginjak ini adalah olahraga yang berarah pada kekayaan kelompok serta kesehatan mental yang baru.

Kekayaan yang menjadikan gangguan kesehatan mental oleh Presiden Prabowo Subianto disebut sebagai serakahnomics. Serakahnomics-nya Prabowo memang berbeda dengan sudut pandang blog ini. Serakahnomics orang kaya akan dipandang sebagai sebuah anugerah, bukan gangguan kesehatan mental. Jelas yang banyak risetnya adalah kemiskinan dan kebangkrutan akan menyebabkan gangguan kesehatan mental.

Namun bagaimana Kekayaan dan Serakahnomics adalah gangguan kesehatan mental?

Memang agak paradoks juga, karena orang kaya serakah bisa dipuji-puji karena menyumbangkan nol koma berapa persen dari kekayaannya. Dia akan nampak menjadi malaikat penolong bagi orang miskin. Menjadi gangguan mental ketika orang kaya karena tumpukan harta colongannya masih bagi-bagi banson dengan uang negara yang dikiranya adalah miliknya sendiri, bahkan seluruh kekayaan alam ini adalah milik pemerintah. Ya pemerintah, bukan negara yang isinya adalah rakyat warga negara.

Bagaimana kita saat ini dihadapkan dengan permasalahan sederhana namun menjadi demikian pelik dan rumit. Seakan tiada jalan untuk memberikan solusi penyelesaian, ataupun memberi hukuman kepada orang-orang serakah yang menjadi orang terpandang. Masih memiliki kuasa dan dibela orang-orang lingkarannya yang memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tak main-main.

Bagaimana menurutmu?.

[ Foto oleh Rufaro Makaya: https://www.pexels.com/id-id/foto/uang-koin-kas-tumpukan-15049146/ ]

Posting Komentar