Serakahnomics, Rojali dan Resiliensi Rakyat Indonesia
Fenomena Serakahnomics, Rojali dan Resiliensi Rakyat Indonesia. Tidak bisa kita membahas satu persatu permasalahan di negeri kita. Benang merah dan akar masalah harus kita temukan. Serakahnomics mengakibatkan kemiskinan ekstrim, dimana yang keserakahan akan menambah jumlah kemiskinan ekstrim kita.
Rojali korban Serakahnomics
Rojali yang Rombongan Jarang Beli adalah ungkapan satir bernada mengejek dari pemilik modal kepada masyarakat. Keduanya membutuhkan perbaikan ekonomi, namun para pemilik modal membutuhkan biaya tinggi untuk membuatnya mendapatkan laba, sementara para pemilik modal juga akan mempertahankan hartanya agar tidak rugi, seperti kita lihat pemilik Sritex misalnya. Contoh serakahnomics yang sangat jelas. Sementara rojali adalah korban keserakahan dan kebodohan pemikir dan pemangku kepentingan ekonomi Indonesia.
Rojali adalah coping behaviour yang menjadi resiliensi karena mereka yang memiliki gaya hidup suka ke mall, masih mempertahankan gaya hidupnya atau kesukaannya, namun dengan himpitan ekonomi yang menjadikannya tidak royal lagi dalam membelanjakan uangnya. Mereka akan lebih selektif memilih komoditas yang diperlukannya, dan memang jika tidak penting sekali mereka tidak akan membeli bahkan tak ingin memilikinya lagi.
Rojali adalah bentuk kejeniusan anak muda mensikapi apa yang dihadapinya dalam bidang ekonomi dan menghadapi ketololan pemangku kepentingan negara yang serakah. Mereka tetap berusaha bahagia dan bersyukur dan belum berpikiran untuk memberontak dan menyalahkan apa yang menjadi penyebab nasibnya begitu buruk dan dihina menjadi rojali.
Memang kalangan 'the have' juga semakin berhati-hati dalam mensikapi perkembangan ekonomi yang ada selain mungkin mengalami banyak kerugian. Mereka semakin memegang uangnya erat-erat karena melihat semakin sedikitnya uang yang beredar, meskipun aparat penegak hukum memamerkan keberhasilan tebang pilihnya dalam memberantas korupsi. Semakin nampak saling sandera dalam masalah kerja, politik, maupun ekonomi yang saling terkam.
Serakahnomics
Siapa yang mau bilang bahwa MBG adalah contoh serakahnomics, sementara Serakahnomics dicetuskan oleh Prabowo Presiden kita. Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali menyinggung istilah serakahnomics saat berpidato dalam perayaan Harlah ke-27 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (23/7) malam. Ia bahkan mendorong agar universitas membuka bidang studi khusus yang membahas mazhab ekonomi ini.
"Ini adalah menurut saya kurang ajar, sampai saya merasa perlu ada istilah baru, ini bukan mazhab neolib atau pasar bebas, atau kapital, ini mazhab serakahnomics, serakahnomics, tolong kawan-kawan kita yang di universitas-universitas itu yang pintar-pintar tolong buka bidang studi serakahnomics," ujar Prabowo.
"Sekarang saya tanya, kalau produksi beras ini hajat hidup orang banyak atau tidak? Kalau produksi jagung hajat hidup orang banyak atau tidak? Kalau produksi minyak goreng hajat hidup orang banyak atau tidak? Bagaimana Indonesia produsen minyak goreng produsen kelapa sawit terbesar di dunia, terbesar di dunia kok bisa minyak goreng hilang? Langka," ungkap Prabowo dengan nada tinggi.
"Beras biasa diganti bungkusnya dibilang premium, dijual. Ini hilang kekayaan kita hilang Rp 100 triliun tiap tahun, Rp 100 triliun. Berarti kalau saya biarkan ini terus dalam 5 tahun kita akan hilang 1.000 triliun," tegasnya.
Presiden Macan lanjut usia, semakin rusak namanya. Hanya bisa berkoar-koar namun tidak ada pekerjaan yang mampu diselesaikannya dengan baik. Utamanya adalah dalam pekerjaan pengentasan kemiskinan. Boro=boro pengentasan kemiskinan, justru kalangan yang tadinya sedang menuju sejahtera, saat ini harus tenggelam menuju kemiskinan yang kritis.
Hantu Kemiskinan menjadi Monster
Tidak adanya paket-paket ekonomi penyelamatan kepada masyarakat. Semakin membuka peluang hantu kemiskinan berubah wujud menjadi nyata, beralih menjadi monster kemiskinan yang masih terbungkus dengan sisa-sisa kepemilikan yang harus dipertahankan mati-matian oleh rakyat.
Monster kemiskinan sudah menerkam kalangan menengah sejak periode pandemi COVID-19. Tidak ada perbaikan setelah COVID-19 malah penurunan yang semakin dalam memperdalam jurang kemiskinan yang mengerikan. Keserakahan para pemilik akses dalam menambang dan menjual barang hasil tambang maupun migas tanpa memberikan profit kepada negara. Menambah getir perekonomian nasional. Bersatunya para garong ekonomi membuat rakyat yang tidak mengerti apa-apa hanya kaget dan bingung atas apa yang terjadi dan menimpanya.
Persatuan Garong Negara menjadi semakin kuat karena semakin mudahnya mengendalikan peraturan maupun kebijakan negara. Tanpa malu-malu lagi Garong bersatu tak bisa dikalahkan oleh gerakan aktivis maupun pemerhati sosial yang hidupnya tergencet dengan persoalan ekonominya masing-masing.
Para Garong Nasional mampu menyewa bahkan membeli jet-jet pribadi yang dipergunakan untuk operasional penggarongan. Radar masyarakat miskin semakin buta dan tidak mampu mendeteksi apa yang terjadi. Semua berjalan rapih dan hanya laknat dari Tuhan nanti yang akan menghentikannya.
Komentar
Posting Komentar