Semarak Kemerdekaan 2025
Semarak Kemerdekaan 2025 mulai bergema. Lomba-lomba masyarakat sudah dimulai. Kesibukan antar rumah tangga di pemukiman mulai terfokus pada acara menyemarakkan hari kemerdekaan ke-80 negara Indonesia tercinta.
Suara lagu Perjuangan bergema
Lomba-lomba ala 17-an Agustus sudah dimulai. Setiap RT, setiap pemukiman bahkan antar kampung maupun antar kecamatan mulai berbenah. Dimulai dengan terdengarnya lagu-lagu perjuangan. Dengan sound system perjuangan pula. Seakan masa penjajahan tak pernah terlepaskan. Setiap tahun bunyinya itu-itu sahaja.
Mungkin itu hal baik, selalu ingat masa penjajahan bagi yang masih hidup dan merasakan penjajahan pada masa lampau. Bahagianya mereka dikaruniai usia panjang. Serta masih bisa merayakan dan merasakan Semarak Kemerdekaan 2025.
Bagi para penerusnya, suara lagu-lagu semarak kemerdekaan dengan sound yang ala kadarnya mengingatkan dan memberi peringatan keras. Mengapa tidak diupgrade. Segitunya dengan apa yang harus dirayakan, tak pernah diupgrade, dikasih nilai lebih, ataupun diutamakan dengan memberikan yang terbaik.
Bangsa dan Negara
Betul, memang ada masalah dalam hal ini. Permasalahan pelik yang dihadapi bangsa. Bangsa dan Negara, iya negara memperlakukan bangsanya yang sebagai warganya, tak pernah berubah. Kebijakan negara tidak pernah pro bangsa.
Kekayaan dan kemiskinan seakan adalah ruang yang berbeda. Hal milik individual. Yang memiliki nasib baik dan yang memiliki nasib buruk berbeda, ada yang bernasib baik dapat melakukan korupsi, menerima gaji lebih, menerima proyek-proyek negara dengan keuntungan besar, maupun bernasib baik dapat menambang dan mengelola sumber daya alam.
Bagi yang bernasib buruk atau kurang beruntung. Jangan tanya bagaimana negara akan memperlakukan. Membayar pajak saja tidak mampu, karena memang tidak punya uang, dan bukan sembunyi-sembunyi. Maka akses menuju kesejahteraan pun hanya menjadi angan-angan belaka.
Pemimpin Bangsa vs Pemimpin Negara
Bisa kita bayangkan sendiri, bagaimana nasib pemimpin bangsa yang memikirkan bangsa dengan segala ketulusannya. Dengan nasib pemimpin negara. Sama-sama menjadi pemimpin namun memiliki latar belakang dan fasilitas yang berbeda.
Bagaimana sekarang bangsa harus menghadapi, mentoleransi, mematuhi, bahkan mempertahankan kewarasannya menjadi WNI, menjadi bangsa Indonesia yang memiliki pemimpin negara dengan kelakuan dan kebingungannya.
Pemimpin Negara laksana Sound Horeg
Bangsa sudah tahu misalnya ya... beras yang dijual oplosan itu sudah dipraktikan sejak jaman kuno. Namun ada seorang pemimpin negara setingkat menteri yang mengungkapkan bahwa beras premium oplosan harus di inikan di itukan.
Hanya membikin kehebohan saja. Mereka menjadi pemimpin negara dengan fasilitas dan bayaran maksimal yang bisa diberikan oleh negara, namun sekedar berfungsi sebagai Sound Horeg yang sesungguhnya. membuat horeg, membuat kisruh dan menjejali masyarakat dengan pendapat dan pikiran yang seharusnya tak pernah dipikirkan oleh masyarakat atau bangsa sebesar ini.
Sound horeg dikabarkan dilarang digunakan karena merugikan masyarakat. Namun sound horeg tersebut akhirnya diambil alih perannya oleh para pemimpin negara. Setelah menebarkan isu tentang beras premium oplosan misalnya, kemudian saat ini mereka mengatakan dengan kalimat yang arahnya lain, misalnya seperti bahwa beras premium oplosan aman untuk dikonsumsi.
Berita Horeg untuk Pergantian Pemain
Terus maksudnya dulu membuat berita horeg beras premium oplosan itu apa?. Para senior dan pengamat jalannya pemerintahan sangat paham bahwa ini adalah aksi untuk mengambil alih, atau pergantian pemain para penguasa distribusi beras. Demikian pula dengan topik-topik horeg lainnya.
Pergantian pemain dalam mendulang keuntungan atau mendapatkan jatah dari aliran dana proyek pusat memang dapat dimafhumi. Karena untuk melakukan kampanye pemenangan pemilihan umum diperlukan logistik baik barang maupun finansial tidak sedikit.
Oleh karena itu dengan semangat perjuangan 1945, semua milik pemain lama harus diganti dan diperbaharui untuk mengembalikan modal. Untuk logistik kampanye periode yang akan datang, sekaligus bonus kekayaan kelompok dan pribadi.
Sasarannya beras menunjukkan dengan jelas ada kaitannya dengan hal makan memakan. Seperti kita ketahui bersama program premium para pemimpin negara saat ini adalah Makan Bergizi Gratis, meski banyak menghadapi kendala seperti MBG dan Black Magic.
Siap Mental
Cara-cara dengan menaikkan kasus, menemukan kasus baru seperti di atas adalah hal yang lumrah. Serta tentunya bagi yang kalah dalam kompetisi pemimpin negara lalu, sudah siap mental untuk menghadapinya.
Bangsa inipun harus siap mental menghadapi perilaku negara yang terkadang sangat jauh meninggalkan bangsanya. Selain siap mental juga harus siap menderita, siap diperlakukan tidak adil. Namun juga harus siap untuk membangun bangsa demi segala kebaikannya. Karena pondasi negara adalah bangsa. Maka bangsa harus survive, dalam segala tingkat kemerdekaan yang dimilikinya.
Jadi bagaimana? Selalu optimis dan mari tetap kita merah putihkan, semarak kemerdekaan 2025 .... Merdekaaa !!!.
Posting Komentar